Bagaimana kita memulai kembali



Belakangan ini saya merasa mudah sekali merasa sakit kepala, stres, pusing dan sejenisnya.
Setelah dipikir-pikir lagi seusai mengisi kuisioner penelitian kakak tingkat di Gizi Masyarakat yang jenisnya sampai 5 bundel, ternyata banyak hal-hal sepele yang bisa mempengaruhi stres.

"Long distance relationship..." saya ketawa-ketawa ,"iya LDR-an sama Jong suk.."
"Ditinggal mati keluarga terdekat, ditinggal mati pacar, gagal move on, pindah geng..." saya mengernyitkan dahi, "ini pertanyaan apaan banget sih " teman-teman saya juga mesem mesem tiap menceklis kuisioner di hadapan mereka.

Ketika mengingat-ingat frekuensi  "tidur kurang..., tugas akademik banyak.." dalam setahun, wuah saya tulis saja 200x hasil dari sedikitnya 4 kali hal itu terjadi dalam seminggu dikalikan 52minggu (ya kira-kira 208 kali lah)..

 saya terhenti kemudian pada suatu pernyataan,"Target dan rencana tidak terlaksana".
aduh. Saya jelaskan pada kakak tingkat tersebut bahwa bagaimana kalau saya membuat resolusi list dan itu banyak sekali yang tidak terlaksana? 

Sang kakak tersenyum dan berkata dengan takzim, "iya de tulis semua berapa poin yang tidak terlaksana, semuanya ada faktor stressnya." Aduh.

Yep, menurut mata kuliah dietetik (suatu mata kuliah yang mempelajajari diet/susunan menu untuk orang sakit) ada yang disebut faktor stress. Faktor stress tersebut diterjemahkan dalam bentuk angka, yang nantinya digunakan saat perhitungan kebutuhan Energi si Os (Orang sakit). Stop, stop kapan-kapan kita bahas lebih jauh  terkait ini ya sekarang fokusnya adalah ya ternyata sesederhana apapun masalah menurut teori sih mempengaruhi tingkat kesetresan kita. 

Setelah itu saya berpikir ulang, apa ya kira-kira yang bisa bikin keadaan ini berubah?

1) wah iya ternyata saya nyaris selalu terpapar gadget, bahkan tidur pun bareng-bareng hape dan laptop, agak jauh berbeda dengan kebiasaan saya bersekolah yang mematikan hp sebelum tidur atau bahkan sengaja melepaskan diri dari hape saat keluar rumah.  Layak dicoba lagi sepertinya.

2) Pola hidup sedenter alias kurang olah raga. Tentunya udah terkenal bahwa olah raga bisa mengurangi kerentanan terhadap stres. Biasanya orang-orang sibuk (halah) beralasan ga ada waktu. Padahal kita dianjurkan olahraga sekitar 3-4 kali seminggu sekitar 20-30 menit. Tentunya lebih asik kalau ada pusat olahraga yang khusus wanita benar-benar tidak boleh masuk pria ke situ, saya bayangkan di sana para muslimah bisa ikutan yoga, beladiri, berenang dan olahraga aerobik lainnya, wah seru sekali, tanpa perlu khawatir mereka yang tidak berhak (baca: lelaki asing) melihat auratnya. ada yang punya modal dan berminat membuka usaha ini? Saya dukung!

3) Kurang sering berjumpa dengan passion, misalnya belakangan ini juga hobi membaca dan menulis saya sedikit berkurang nilainya. Mulai digeser dengan tontonan. Tentunya saya masih membaca dan menulis setiap hari, tapi terbatas pada laporan dan tugas akademik yang tentunya lama-lama mematikan kreatifitas diri. Lihat betapa kaku saya berkata-kata lagi di sini kan?
hem.

4) Mungkin juga kurang khusyuk dalam beribadah bisa jadi penyebab. Lupa berdoa, kadangkala membuat aktivitas kita yang padat setiap hari terasa menjemukan sampai rasa-rasanya tidak ada yang menggairahkan dalam hidup ini, tidak ada rasa bahagia dan semangat terhadap sesuatu.
Well, kita bungkus semuanya!
Baiklah Fathia, marilah kita mulai kembali.

0 komentar:

Berikan komentar kamu :)

#Kutipan1 Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck


Memang berbeda sekali perasaan jiwa laki-laki dengan perempuan, sebagaimana berlainnya kejadian tubuh kasarnya. Laki-laki dan perempuan sama-sama mencukupkan kehidupan dengan percintaan. Tetapi filsafat kedua belah pihak dalam perkara cinta, amat berbeda, laksana perbedaan siang dengan malam, tegasnya perbedaan Adam dengan Hawa.
Laki-laki bilamana telah menentukan cintanya untuk seorang perempuan, maka perempuan itu mesti jadi haknya seorang. Tak boleh orang lain hendak ikut berkongsi dengan dia. Jika perempuan itu cantik, maka kecantikannya biarlah diketahui olehnya seorang. Jika suara perempuan itu nyaring, biarlah dia seorang yang mendengarnya. Sebab itu, kalau ada orang lain yang hendak memuji kecintaannya, atau mengatakan suaranya nyaring, atau menyanjung budi baiknya, semua itu tidaklah diterima oleh laki-laki yang mencintainya tadi. Bertambah banyak orang memuji kecintaannya, bertambah timbullah cemburu dalam hatinya, sebab perempuan itu untuk dia, buat dia, tak boleh buat orang lain. Tetapi takdirnya ada orang yang mencela, mengatakan perempuan yang dicintainya itu buruk tidak serupa perempuan lain, kalau ada orang yang menunjukkan belas kasihan kepadanya, sebab dia telah memberikan cinta hati kepada seorang perempuan, yang kecantikannya tidak patut mendapat penghargaan setinggi itu, kalau ada orang yang mencacat, merendahkan, maka semuanya itu bagi laki-laki yang bercinta tadi, akan menambah patri cintanya dan menambah harga perempuan itu di matanya.
                Tetapi cinta perempuan kepada laki-laki sebaliknya dari itu. Laki-laki pada pemandangan perempuan adalah laksana dokoh emas yang digelung di lehernya, atau gelang bertatah berlian yang menggeliat di tangannya, perhiasan yang akan dibanggakannya kepada kawan sesama gedangnya. Seburuk-buruk kecintaannya akan lupa dia keburukan itu, kalau laki-laki lain atau perempuan lain memujinya dekat dia, mengatakan dia seorang laki-laki yang tangkas berbudi, ternama, termasyhur dan lain-lain sebagainya.
                Maka nyatalah bahwa cinta perempuan kepada laki-laki lebih banyak berdasarkan ketakburan daripada kenafsuan. Pengakuan orang lain atas kemuliaan kecantikannya atas tunangannya atau suaminya, bagi seorang permpuan adalah sebagai satu kemenangan di dalam perjuangan.
(dikutip dari buku HAMKA –Tenggelamnya Kapal Van der Wijck halaman 81-82)
                Begitukah kecenderungan manusia?
Masihkah begitu? sebab saya temui masa kini banyak lelaki betul betul suka pamer pasangan biar dipuji-puji..
Itulah sebabnya Islam datang sebagai pemenuhan salah satu perkara dasar manusia ini, sebab tak layak bagi kita untuk mencinta sekedar karena hati, dibiasakan pada muslim untuk berkencerungan pada apa-apa yang mendekatkannya pada kecintaan Allah. Seberapapun kurang-lebihnya lelaki tersebut di mata khalayak. 

0 komentar:

Berikan komentar kamu :)