MAKI


Bulan oktober lalu, pukul 6 pagi ternyata saya menulis ini, kira kira kenapa ya?
(mencoba mengingat-ingat)

MAKI


Adalah sekelompok orang gila merangkak-rangkak dalam palung, dalam satu paduan nada arogansi bersekutu menunjuk-nunjuk bintang, “Turunlah kau! Tu- Run- tu- run” seru mereka berstakato.

Bintang menaikkan alis, balik menatapnya, “Kenapa tidak kau saja yang naik! Kemarilah, redupkan cahayaku kalau bernyali

Aduhai malu sesungguhnya saya menceritakan bagaimana tampak rupanya. Bak ludah mengadu mulia dengan tahi anjing.

Nah kan, saya jadi ikutan memaki.

1 komentar:

Berikan komentar kamu :)

Puisi Ibu Masa Gitu


Halo blog, doakan saya ya minggu ini banyak banget tetek bengek upacara adat penyambut ujian akhir semester: ujian praktikum dan segunung tugas. Mendinglah kalau begadang ada yang nemenin, mijitin, gantiin ngerjain tugas yah ini? haha. ngarep dot com.
 

Besok juga saya ujian praktikum dietetika penyakit infeksi dan defisiensi gizi nih, please attach my name in your pray haha.

well, syukurlah sabtu kemarin saya bisa menulis sesuatu yang ga berhubungan dengan laporan, akibat keterpaksaan diri untuk mau meluangkan waktu. Ini puisi buat ditampilin pas acara Muslimah Generation on Air bertemakan 'Oh ibu aku rindu'. Secara garis besar kontennya menyoroti kiprah perempuan sekarang yang cenderung memilih berkarir dan mengesampingkan peran utamanya sebagai pendidik generasi, sebagai ibu. Wajarlah, sebab selain juga tuntutan ekonomi, hal tersebut telah disetting supaya menjadi paragdigma di tengah masyarakat bahwa sekedar menjadi ibu rumah tangga berarti ga produktif, ngebebanin suami dan negara doang. Padahal aslinya ini gayanya kapitalisme.

Baiklah ini dia si puisi itu, ga nyangka juga pas dibaca orang lumayan bikin hanyut.
Semoga manfaat ya :) Here it is.

(Anak)
Antara laptop dan sepatu,
Adakah aku satu merajuk di situ?
Ataukah waktu sudah lupa pulang ke arlojimu?
Ibu,
Aku dan kartun-kartun semu telah lama berkawan
Ia ketawa, aku ketawa
Ia menyumpah aku gelagapan berulah
Belum sampaikah berita padamu, betapa sulit tumbuh dewasa sekedar bersama drama receh?
Ah!!
Dunia ternyata terjal, sinis dan penuh caci, ibu!
Maka aku berdekapan dengan entah siapa yang sama ketakutan
Engkau menggigil di luar.
Langit harus biru, malam mesti gelap, dan matahari sudah selayaknya nyalang
Ada penyanyi pendatang baru, ada presiden mengunyah bangkai rakyat 
Dan engkau masih belum pulang juga?
Oh ibu, aku rindu.

(Ibu)
Senin kemarin ongkos angkot empat ribu rupiah
Nasi satu takaran penukar disiram capcay sembilan ribu rupiah
Selasa ini benih cabe pun seharga spp sekolahku dulu
Ah!!
Bisakah saya pulang sekarang?
Angka-angka jam agaknya terlalu berdempetan, berdesakan, bikin mual karena aroma volatil si waktu
Bisakah saya pulang sekarang?
padahal rindu mulai berlagu
dan semua orang memintaku macam macam
Katanya akulah pahlawan nasional, maka:
Aku terbang, berguling, meraung, sesekali menjerit.
Menukar badan demi negaraku
Antara laptop dan sepatu,
Anakku, masihkah engkau satu menunggu di situ?
Ibu rindu.

0 komentar:

Berikan komentar kamu :)