Tantangan kali ini adalah menemukan, mengamati dan mengobservasi 1 saja kelebihan anak atau suami tiap harinya, baik itu softskill ataupun hardskill. Nah karena saya masih kesulitan memilah milih kelebihan pada Haura (Rasanya semua tingkah laku Haura tak bercela haha pilihannya hanya kelebihan, dan hal yang ia sedang belajar untuk dikuasai, kan bingung?) Jadilah saya memilih mas Fikar sebagai objek kali ini.
Hari ke-1 adalah Sabtu. Saya masih belum shaum karena haid, tapi pagi-pagi saya harus mengisi kajian ke rumah salah satu peserta kajian karena yang bersangkutan kesulitan keluar rumah akibat sedang hamil muda (mabok). Pagi itu saya agak kesal pada mas karena suatu hal, di pikiran saya terpikir macam-macam rencana bandel seperti ingin bawa kabur Haura main ke mall untuk moodbooster sepulang kajian, bukannya pulang.. tapi karena mas berkali kali menanyakan kapan selesai mau dijemput dsj (ini akan saya bahas untuk kelebihan hari ke-2 dan ke-3)jadilah saya balas, dan saya pun balik ke rencana semula : pulang, belanja sebagai bawaan ke rumah mertua. Sekitar jam 4 mas pergi ngaji, sambil hujan-hujanan. Menjelang adzan magrib kami sudah bersiap-siap berbuka shaum di rumah mertua (tepatnya saya dan Haura hanya memeriahkan hehe) tiba-tiba mas datang membawa keresek berisi makanan untuk ta'jil, seperti bubur sumsum, kwetiau dan mie glosor. Padahal sebelumnya kami juga sudah membawa bahan makanan yang sebagiannya sudah dihidangkan. Kelebihan mas kali ini saya pikir beberapa jenak apakah sudah ada sejak dulu ataukah setelah menikah selama 1.5tahun dan bergaul dengan keluarga saya, karena gayanya lebih mirip ibu saya : Royal terhadap keluarga dalam hal ini makanan. Mas tidak banyak perhitungan dalam memberi kepada keluarga, meskipun adakalanya kami berbeda pendapat mengenai mana yang prioritas, mana yang kebutuhan dan mana yang sekunder bahkan tersier untuk dibeli. Saya bersyukur atas sikap mas ini, karena di luar sana banyak suami yang pelit pada keluarga sementara di tempat kerja bersikap royal pada orang lain. Alhamdulillah, masya Allah, tabarokallah.
Hari ke-1 adalah Sabtu. Saya masih belum shaum karena haid, tapi pagi-pagi saya harus mengisi kajian ke rumah salah satu peserta kajian karena yang bersangkutan kesulitan keluar rumah akibat sedang hamil muda (mabok). Pagi itu saya agak kesal pada mas karena suatu hal, di pikiran saya terpikir macam-macam rencana bandel seperti ingin bawa kabur Haura main ke mall untuk moodbooster sepulang kajian, bukannya pulang.. tapi karena mas berkali kali menanyakan kapan selesai mau dijemput dsj (ini akan saya bahas untuk kelebihan hari ke-2 dan ke-3)jadilah saya balas, dan saya pun balik ke rencana semula : pulang, belanja sebagai bawaan ke rumah mertua. Sekitar jam 4 mas pergi ngaji, sambil hujan-hujanan. Menjelang adzan magrib kami sudah bersiap-siap berbuka shaum di rumah mertua (tepatnya saya dan Haura hanya memeriahkan hehe) tiba-tiba mas datang membawa keresek berisi makanan untuk ta'jil, seperti bubur sumsum, kwetiau dan mie glosor. Padahal sebelumnya kami juga sudah membawa bahan makanan yang sebagiannya sudah dihidangkan. Kelebihan mas kali ini saya pikir beberapa jenak apakah sudah ada sejak dulu ataukah setelah menikah selama 1.5tahun dan bergaul dengan keluarga saya, karena gayanya lebih mirip ibu saya : Royal terhadap keluarga dalam hal ini makanan. Mas tidak banyak perhitungan dalam memberi kepada keluarga, meskipun adakalanya kami berbeda pendapat mengenai mana yang prioritas, mana yang kebutuhan dan mana yang sekunder bahkan tersier untuk dibeli. Saya bersyukur atas sikap mas ini, karena di luar sana banyak suami yang pelit pada keluarga sementara di tempat kerja bersikap royal pada orang lain. Alhamdulillah, masya Allah, tabarokallah.
#GamesLevel7
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#Semuaanakadalahbintang