Komunikasi Produktif (Hari Ke-5)

Hari Rabu itu, Fakhrina mendengar saya mengeluh nyeri punggung. Semalamnya memang luarbiasa. Haura betul-betul sulit nyenyak tidur, sebentar-sebentar terbangun apalagi kain bedongannya belum kering jadi hanya sedikit dan berbekal hari hari sebelumnya, tidak akan cukup untuk salin sampai pagi. Akhirnya saya putuskan menggunakan pospak, itu sekitar setengah 1 malam dan tetap saja sekitar sejam sekali saya perlu mengganti popoknya karena Haura kurang nyaman. Eh jadi kelamaan certia di bagin situnya ya? haha intinya adalah punggung saya terasa pegal sekali.
 Saya berniat mengambil sayur bayam, berharap saya mendapat asupan kalsium.  Fakhrina dengan wajah cerianya bertanya,”teteh sakit punggung ya? kebanyakan menyusui Haura ya?”
Saya menuangkan sayur bayam sambil memasang tampang memelas, “Iya…”
F: *berjalan mendekati saya dan memijat punggung dan tengkuk, padahal posisi saya masih berdiri, jelas saja ketinggian untuk anak kelas 1 SD.*
Saya tersenyum, tersentuh dengan kepedulian anak-anak. Fakhrina memang adikku yang paling so sweet dan romantis. Bukan hanya karena adik perempuan satu-satunya, perbedaan pola asuh karena perbedaan jaman antara dia dan 4 kakaknya juga cukup berpengaruh. Ibu saya mulai melek ilmu parenting setelah dia lahir. Fakhrina juga lahir ketika saya sudah 17tahun, 3 adik saya lainnya juga sudah besar-besar paling kecil sudah SMP, Fakhrina kelimpahan banyak kasih sayang. Maka dia satu-satunya anak abi ibu yang tidak segan mencium atau minta dicium orang tua. Sementara saya? Aduh awkward banget kalau begitu ahha.
                S: Ga sampe dong mijitnya kalau sambil berdiri.
                F: Fakhrina tersenyum malu-malu.
                S: Terima kasih ya Kholah Fakhrina.. (Sebutan Haura untuk Fakhrina, artinya bibi dalam bahasa Arab) *saya balas tersenyum.*
Ketika itu saya baru sadar selama ini Fakhrina saya suruh suruh tanpa memperhatikan kaidah KISS, kaidah komunikasi produktif kepada anak-anak. Kadang dengan senyum, kontak mata dan intonasi yang ramah, dan ucapan ‘tolong-terima kasih’. Tapi sering juga saya menyuruhnya tanpa senyum sama sekali. Syukurlah Fakhrina selalu senang menolong bila saya meminta bantuan berkenaan keperluan Haura. Bisa jadi itu juga buah komunikasi produktif yang selama ini digunakan pada Fakhrina sejak ia kecil, meskipun kala itu saya belum paham soal kaidah komunikasi produktif tapi memang saya (dan ibu juga barangkali) sudah biasakan untuk memberi pujian, mengucap tolong dan terima kasih juga untuk meminta maaf (yang ini masih agak sulit dilakukan Fakhrina) pada Fakhrina sejak ia balita, jauh sebelum saya punyakan anak sendiri.
#Tantangan10Hari
#FathiaArifaH
#Level1
#HariKe5
#KuliahBunSayIIP

#KomunikasiProduktif

0 komentar:

Berikan komentar kamu :)