Hari Rabu itu, Fakhrina mendengar saya mengeluh nyeri punggung.
Semalamnya memang luarbiasa. Haura betul-betul sulit nyenyak tidur,
sebentar-sebentar terbangun apalagi kain bedongannya belum kering jadi hanya
sedikit dan berbekal hari hari sebelumnya, tidak akan cukup untuk salin sampai
pagi. Akhirnya saya putuskan menggunakan pospak, itu sekitar setengah 1 malam
dan tetap saja sekitar sejam sekali saya perlu mengganti popoknya karena Haura
kurang nyaman. Eh jadi kelamaan certia di bagin situnya ya? haha intinya adalah
punggung saya terasa pegal sekali.
Saya berniat mengambil
sayur bayam, berharap saya mendapat asupan kalsium. Fakhrina dengan wajah cerianya bertanya,”teteh
sakit punggung ya? kebanyakan menyusui Haura ya?”
Saya menuangkan sayur bayam sambil memasang tampang memelas, “Iya…”
F: *berjalan mendekati saya dan memijat punggung dan tengkuk,
padahal posisi saya masih berdiri, jelas saja ketinggian untuk anak kelas 1
SD.*
Saya tersenyum, tersentuh dengan kepedulian anak-anak.
Fakhrina memang adikku yang paling so sweet
dan romantis. Bukan hanya karena adik perempuan satu-satunya, perbedaan pola
asuh karena perbedaan jaman antara dia dan 4 kakaknya juga cukup berpengaruh.
Ibu saya mulai melek ilmu parenting setelah
dia lahir. Fakhrina juga lahir ketika saya sudah 17tahun, 3 adik saya lainnya
juga sudah besar-besar paling kecil sudah SMP, Fakhrina kelimpahan banyak kasih
sayang. Maka dia satu-satunya anak abi ibu yang tidak segan mencium atau minta
dicium orang tua. Sementara saya? Aduh awkward banget kalau begitu ahha.
S: Ga sampe dong mijitnya kalau
sambil berdiri.
F: Fakhrina tersenyum malu-malu.
S: Terima kasih ya Kholah Fakhrina.. (Sebutan Haura untuk
Fakhrina, artinya bibi dalam bahasa Arab) *saya balas tersenyum.*
Ketika
itu saya baru sadar selama ini Fakhrina saya suruh suruh tanpa memperhatikan
kaidah KISS, kaidah komunikasi produktif kepada anak-anak. Kadang dengan
senyum, kontak mata dan intonasi yang ramah, dan ucapan ‘tolong-terima kasih’.
Tapi sering juga saya menyuruhnya tanpa senyum sama sekali. Syukurlah Fakhrina
selalu senang menolong bila saya meminta bantuan berkenaan keperluan Haura.
Bisa jadi itu juga buah komunikasi produktif yang selama ini digunakan pada
Fakhrina sejak ia kecil, meskipun kala itu saya belum paham soal kaidah
komunikasi produktif tapi memang saya (dan ibu juga barangkali) sudah biasakan
untuk memberi pujian, mengucap tolong dan terima kasih juga untuk meminta maaf
(yang ini masih agak sulit dilakukan Fakhrina) pada Fakhrina sejak ia balita,
jauh sebelum saya punyakan anak sendiri.
#Tantangan10Hari
#FathiaArifaH
#Level1
#HariKe5
#KuliahBunSayIIP
#KomunikasiProduktif
0 komentar:
Berikan komentar kamu :)