Komunikasi Produktif (Hari Ke-7)

Kemarin tidak sempat memposting komprod terbaru karena migrain yang melanda, maka saya menulis tentang hari ini (Sabtu) saja. Banyak tamu mengujungi Haura hari ini.  Paginya ibu-ibu kayumanis temanku mengaji semasa di kontrakan dulu, sorenya Syifa kawan dekat semasa mahasiswa tingkat akhir juga datang berkunjung sepulang kerja dari rumah sakit. Terutama ketika pagi, saya merasa sangat gemas dengan Fakhrina. Sepanjang obrolan saya dengan tamu dia mencuri-curi kesempatan berkali kali memegang pipi Haura. Sekali saya ingatkan.
S: Fakhrina, cuci tangannya dulu pake sabun. Bekas apa itu hayo?
F: Udaah..
Selang berapa menit entah dari mana dia muncul lagi dan langsung memegang pipi Haura.
S: Fakhrin..! *suara saya menegaskan bahwa saya serius, matanya saya tatap*
Fakhrina hanya senyum-senyum. Begitu berulang ulang sampai saya tak bisa menahan untuk mengomel meskipun di depan tamu. Pasalnya Fakhrina sudah tau aturan untuk tidak asal sentuh Haura kecuali sudah membersihkan diri dengan sabun dan tidak dalam keadaan sakit. Saya juga sudah jelaskan bahwa apa efeknya kalau dia tidak mengikuti aturan tersebut, biasanya dia paham, mesem-mesem dan langsung ngacir tapi kali ini Fakhrina seperti menyengaja. Besok Aqiqah Haura, sehingga rumah lalu lalang banyak orang dan bau daging kambing dimana mana, Fakhrina banyak mengobrol dengan ibu-ibu yang diminta memasak jadi saya merasa kurang yakin Fakhrina benar benar bersih.
Sorenya hujan besar berpetir, Haura sedang tertidur di boksnya tanpa terganggu, tapi Fakhrina di luar kamar berteriak kemudian berlari ke kamar kami. Haura yang tadiya tenang justru kaget oleh ulah Fakhrin. Saya luar biasa jengkel dengan adik bungsu saya itu. Saya tatap matanya dan berkata dengan tidak sabar,”Fakhrina teteh sudah bilang jangan teriak-teriak. Teteh gak suka itu. Haura kaget, kasihan”.
Fakhrina menatapku setengah tersenyum, saya semakin gemas dan justru menambahkan omelan,”Kalau petir tuh baca do’a jangan teriak-teriak.”

Setelah itu Fakhrina langsung berlari ke arah ibu-ibu yang tengah memasak dan ikutan mengobrol. Sayup-sayup saya dengar nenek dan ibu menyuruhnya mengingatkanku untuk menggendong Haura agar tidak kagetan mendengar petir yang menggelegar, tapi Fakhrina enggan. Tentu saja karena segan baru kumarahi. Di situlah saya merasa bersalah tapi di saat yang sama merasa Fakhrina memang perlu dimarahi. Untungnya ketika menjelang magrib Fakhrina sudah main main lagi ke kamarku dan bertanya ini itu. Setelah direview saya merasa komunikasi produktif hari itu gagal total, saya memang berhasil menatap matanya ketika bicara tetapi Bahasa tubuh, nada bicara saya amat jauh dari kata ramah. Semoga ke depannya saya bisa memperbaiki pola komunikasi dengan Fakhrina. Masih peer banget sih.

#Tantangan10Hari
#FathiaArifaH
#Level1
#HariKe7
#KuliahBunSayIIP
#KomunikasiProduktif

0 komentar:

Berikan komentar kamu :)