Kemarin tidak sempat memposting komprod terbaru karena migrain yang melanda, maka saya menulis tentang hari ini (Sabtu) saja. Banyak tamu mengujungi Haura hari
ini. Paginya ibu-ibu kayumanis temanku
mengaji semasa di kontrakan dulu, sorenya Syifa kawan dekat semasa mahasiswa
tingkat akhir juga datang berkunjung sepulang kerja dari rumah sakit. Terutama
ketika pagi, saya merasa sangat gemas dengan Fakhrina. Sepanjang obrolan saya
dengan tamu dia mencuri-curi kesempatan berkali kali memegang pipi Haura.
Sekali saya ingatkan.
S: Fakhrina,
cuci tangannya dulu pake sabun. Bekas apa itu hayo?
F: Udaah..
Selang berapa
menit entah dari mana dia muncul lagi dan langsung memegang pipi Haura.
S: Fakhrin..!
*suara saya menegaskan bahwa saya serius, matanya saya tatap*
Fakhrina hanya senyum-senyum.
Begitu berulang ulang sampai saya tak bisa menahan untuk mengomel meskipun di
depan tamu. Pasalnya Fakhrina sudah tau aturan untuk tidak asal sentuh Haura
kecuali sudah membersihkan diri dengan sabun dan tidak dalam keadaan sakit.
Saya juga sudah jelaskan bahwa apa efeknya kalau dia tidak mengikuti aturan
tersebut, biasanya dia paham, mesem-mesem dan langsung ngacir tapi kali ini
Fakhrina seperti menyengaja. Besok Aqiqah Haura, sehingga rumah lalu lalang banyak
orang dan bau daging kambing dimana mana, Fakhrina banyak mengobrol dengan
ibu-ibu yang diminta memasak jadi saya merasa kurang yakin Fakhrina benar benar
bersih.
Sorenya hujan besar berpetir,
Haura sedang tertidur di boksnya tanpa terganggu, tapi Fakhrina di luar kamar
berteriak kemudian berlari ke kamar kami. Haura yang tadiya tenang justru kaget
oleh ulah Fakhrin. Saya luar biasa jengkel dengan adik bungsu saya itu. Saya
tatap matanya dan berkata dengan tidak sabar,”Fakhrina teteh sudah bilang
jangan teriak-teriak. Teteh gak suka itu. Haura kaget, kasihan”.
Fakhrina menatapku setengah
tersenyum, saya semakin gemas dan justru menambahkan omelan,”Kalau petir tuh
baca do’a jangan teriak-teriak.”
Setelah itu Fakhrina langsung
berlari ke arah ibu-ibu yang tengah memasak dan ikutan mengobrol. Sayup-sayup
saya dengar nenek dan ibu menyuruhnya mengingatkanku untuk menggendong Haura
agar tidak kagetan mendengar petir yang menggelegar, tapi Fakhrina enggan.
Tentu saja karena segan baru kumarahi. Di situlah saya merasa bersalah tapi di
saat yang sama merasa Fakhrina memang perlu dimarahi. Untungnya ketika
menjelang magrib Fakhrina sudah main main lagi ke kamarku dan bertanya ini itu.
Setelah direview saya merasa komunikasi produktif hari itu gagal total, saya
memang berhasil menatap matanya ketika bicara tetapi Bahasa tubuh, nada bicara
saya amat jauh dari kata ramah. Semoga ke depannya saya bisa memperbaiki pola
komunikasi dengan Fakhrina. Masih peer banget sih.
#Tantangan10Hari
#FathiaArifaH
#Level1
#HariKe7
#KuliahBunSayIIP
#KomunikasiProduktif
0 komentar:
Berikan komentar kamu :)