Adakah di dunia ini orang-orang yang sukses secara instan?
saya tidak tahu, tapi mungkin ada. meskipun bisa jadi sebenarnya tidak instan, hanya tidak disadari bahwa bertahun-tahun orang tersebut telah berusaha, baik oleh dirinya sendiri atau sekelilingnya.
sebetulnya ada dua kata yang menarik saya menulis right here, right now
(backsound effect: di malam yang sesunyi ini aku sendiri~)
keduanya amat lekat atau kalau kata orang sunda mah apet dengan diri saya.
satu adalah DEADLINER.
dua adalah NYARIS.
Dua kata tadi punya ceruk istimewa dalam hidup saya, sama-sama membuat diri merasa inferior meskipun ga jarang malah jumawa sekali. Bingung? yuk disimak terus.
kata orang keberhasilan itu adalah pertemuan antara kesempatan aka peluang dengan persiapan.
(CMIIW kalau kamu tau tepatnya kalimat itu berbunyi)
to be very honest,
kali ini saya menulis karena sisa gelisah yang masih melekat,
meskipun sudah saya coba urai lewat air mata, terus berdoa, terus ketiduran di atas sajadah. halah
Jadi sebenarnya saya takut kehilangan kesempatan lagi.
saya khawatir dengan suatu hal, yang itu akan menambah daftar kata NYARIS lagi dalam hidup saya.
sebutlah beberapa kejadian 'NYARIS' yang saya alami karena bisa jadi karena kurangnya persiapan, serba instan akibat terbiasa jadi DEADLINER.
contohnya saya NYARIS naik sabuk dua tingkat sekaligus (semacam akselerasi) waktu ujian kenaikan tingkat semasa karate di SMP dulu. Ceritanya waktu itu saya masih sabuk putih yang mestinya naik ke kuning, dapat kesempatan untuk langsung ke sabuk hijau. saya terpilih jadi salah satu dari sekian ratus peserta ujian untuk maju ke depan masuk ke dalam barisan, dievaluasi langsung oleh Kang Iwa Rahadian Arsanata yaitu pendiri Bandung Karate Club. sebenarnya semua kejadian kejadian Nyaris yang saya sebutkan ini bukan sesuatu yang waw karena bisa menimpa siapa saja kapan saja. dan tidak mungkin ada yang ingat selain saya sendiri.
Kalau mundur lebih jauh lagi, mungkin sekitar usia kelas 4-5 SD saya sempat NYARIS dapat juara 3 sempoa ASMA. hanya selisih satu soal benar dengan si juara 3, saya lupa berapa banyak pesertanya atau nama event-nya. yang saya ingat, saya mengerjakannya sambil makan permen dengan nyantaaaai sekali (which is beda banget dengan rekan rekan saya yang ngebut banget). dan saat itu saya tergolong anak yang dipandang sebelah mata bahkan oleh anak anak di bawah umur saya. oh yeah saya baru sadari kalau omongan ibu jadi kenyataan, saya lelet tapi ternyata akurat. dan baru sekarang saya sadari ada sedikit sifat goldar A yang diakui dari diri saya: sedikit perfeksionis, sering ada perasaan insecure kalau kalau saya melewatkan sesuatu dan bikin kesalahan, makanya saya sering pelan-pelan diulang-ulang asal yakin (selama ini saya terlalu B kata temen-temen haha sama sekali tidak kelihatan seperti umumnya orang A yang diyakini publik)
di masa SMA, saya pernah dapat keberuntungan luar biasa yang 'saya juga gatau kenapa begitu, serius deh' yaitu kesempatan lolos sampe ke seleksi 3 AFS (semacam program pertukaran pelajar). saat seleksi pertama saya berangkat haha hihi bersama teman-teman sepermainan di sekolah, betul betul rombongan. banyak diantaranya berbahasa inggris lebih lancar, lebih easy going anaknya, lebih pinter, tapi tanpa terduga saya jadi satu di antara 3 anak sesekolah yang maju sampai tahapan final. kasarnya saya NYARIS melunasi mimpi bisa belajar ke luar negeri. waktu itu di tahap akhir saya gagal karena alasan sepele tapi fatal. dan mungkin banget karena Allah tau saya belum layak.
semasa TPB misalnya NYARIS jadi lurah, yaitu orang no.1 di gedung asrama putri tertentu. sebenernya saya ga nyesel nyesel amat sih kalau yang ini karena saya tau saya ga layak. tapi tetep amazed ketika inget saya dapet kesempatan maju dan ngomong di hadapan banyak banget orang asing. well, meskipun biasanya saya malu-maluin, rasanya sangat ga pede kalau segala hal yang berbau formal. u.u
sekali lagi ini hal-hal tadi bukan hal waw, standar banget. tapi cukup ngena di memori saya (orang lain hanya ingat Juara, bukan si peraih NYARIS juara). dan banyak dibuktikan oleh temen-temen saya yang kala itu tidak seberuntung saya tapi usahanya gigih dan kontinu, sekarang justru pecah telor. mereka berhasil mendapatkan apa yang mereka mau dan usahakan sungguh-sungguh selama ini.
Well, result never betray effort (ofc ditambah kehendak Allah)
Nah soal DEADLINER
setelah saya pikir-pikir awal mula kebiasaan ini adalah sejak SD saya terbiasa tidak pernah belajar rutin. saya biasa belajar seadanya ketika menjelang ujian, dan lebih banyak mengandalkan pemahaman selama menyerap penjelasan guru di kelas. padahal metode ini ga efektif ketika usia SMA-kuliah. kalau mau sukses bermutu tugas tugasnya, ga keteteran ya harus rajin. ga cukup ngandelin cepet nangkep. mungkin juga faktor usia dan banyaknya maksiat dibanding SD, kerasa banget perbedaan pas belajar jaman SD yang sekali denger inget dengan daya nalar saya di usia usia segini. ini belum tua padahal. hufet.
dan DEADLINER sebenarnya udah saya mencak-mencak sejak SMA,tapi hebatnya sampai sekarang sulit sekali kebiasaan itu dilepaskan.
karena sadar buruknya kebiasaan ga nyiapin sungguh-sungguh jauh hari inilah seringkali saya sengaja menghindari peluang-peluang prestasi semasa kuliah. saya pikir, daripada saya cape udah usaha ga all out mending sekalian gausah daftar. padahal kan bukan gitu ya harusnya mindsetnya? mestinya diubah kebiasaannya sampe jadi siap dan samperin peluang peluang itu.
Nah, saat ini saya mengahapi dua hal: satu DEADLINE dan satu dapat peluang lagi untuk suatu prestasi yang saya idam-idamkan sejak dulu. saya merasa untuk yang disebut belakangan sudah banyak menyiapkan diri pelan-pelan dari jauh hari, tapi tidak optimal. kemudian ada rintangan yang membuat gamang, karena ternyata yang saya siapkan itu bukan apa yang dibutuhkan. semestinya saya menyiapkan diri dengan kapasitas diri yang lebih besar dan luas lagi, lebih komplit. and yes, saya khawatir menemui kata NYARIS lagi.
duh saya sebetulnya ga yakin apa tulisan ini berfaedah atau sekedar pamer prestasi gajadi.
intinya adalah ini bentuk realese stress saya.
mungkin ketika terbangun nanti pagi (meskipun sekarang pun sudah jam 3.24 pagi)
pikiran saya lebih jernih memilih, dan hati lebih legowo menerima konsekuensi resiko kata NYARIS.
bagaimanapun benar kata senior saya,
tuliskan cita-citamu dengan pensil, dan beri penghapusnya pada Allah. agar Ia acc atau hapus dan menggantinya dengan yang lebih baik.
mudah-mudahan.
sekian.
:)
0 komentar:
Berikan komentar kamu :)