Memang berbeda
sekali perasaan jiwa laki-laki dengan perempuan, sebagaimana berlainnya
kejadian tubuh kasarnya. Laki-laki dan perempuan sama-sama mencukupkan
kehidupan dengan percintaan. Tetapi filsafat kedua belah pihak dalam perkara
cinta, amat berbeda, laksana perbedaan siang dengan malam, tegasnya perbedaan
Adam dengan Hawa.
Laki-laki
bilamana telah menentukan cintanya untuk seorang perempuan, maka perempuan itu
mesti jadi haknya seorang. Tak boleh orang lain hendak ikut berkongsi dengan
dia. Jika perempuan itu cantik, maka kecantikannya biarlah diketahui olehnya
seorang. Jika suara perempuan itu nyaring, biarlah dia seorang yang
mendengarnya. Sebab itu, kalau ada orang lain yang hendak memuji kecintaannya,
atau mengatakan suaranya nyaring, atau menyanjung budi baiknya, semua itu
tidaklah diterima oleh laki-laki yang mencintainya tadi. Bertambah banyak orang
memuji kecintaannya, bertambah timbullah cemburu dalam hatinya, sebab perempuan
itu untuk dia, buat dia, tak boleh buat orang lain. Tetapi takdirnya ada orang
yang mencela, mengatakan perempuan yang dicintainya itu buruk tidak serupa
perempuan lain, kalau ada orang yang menunjukkan belas kasihan kepadanya, sebab
dia telah memberikan cinta hati kepada seorang perempuan, yang kecantikannya
tidak patut mendapat penghargaan setinggi itu, kalau ada orang yang mencacat,
merendahkan, maka semuanya itu bagi laki-laki yang bercinta tadi, akan menambah
patri cintanya dan menambah harga perempuan itu di matanya.
Tetapi
cinta perempuan kepada laki-laki sebaliknya dari itu. Laki-laki pada
pemandangan perempuan adalah laksana dokoh emas yang digelung di lehernya, atau
gelang bertatah berlian yang menggeliat di tangannya, perhiasan yang akan
dibanggakannya kepada kawan sesama gedangnya. Seburuk-buruk kecintaannya akan
lupa dia keburukan itu, kalau laki-laki lain atau perempuan lain memujinya
dekat dia, mengatakan dia seorang laki-laki yang tangkas berbudi, ternama,
termasyhur dan lain-lain sebagainya.
Maka
nyatalah bahwa cinta perempuan kepada laki-laki lebih banyak berdasarkan
ketakburan daripada kenafsuan. Pengakuan orang lain atas kemuliaan
kecantikannya atas tunangannya atau suaminya, bagi seorang permpuan adalah
sebagai satu kemenangan di dalam perjuangan.
(dikutip dari buku HAMKA
–Tenggelamnya Kapal Van der Wijck halaman 81-82)
Begitukah
kecenderungan manusia?
Masihkah begitu?
sebab saya temui masa kini banyak lelaki betul betul suka pamer pasangan biar
dipuji-puji..
Itulah sebabnya
Islam datang sebagai pemenuhan salah satu perkara dasar manusia ini, sebab tak
layak bagi kita untuk mencinta sekedar karena hati, dibiasakan pada muslim
untuk berkencerungan pada apa-apa yang mendekatkannya pada kecintaan Allah.
Seberapapun kurang-lebihnya lelaki tersebut di mata khalayak.
0 komentar:
Berikan komentar kamu :)