Yang inginnya dikatakan

Ada orang yang tertawa.  Sebagian sinis melihatmu berlarian ke sana kemari.
Bagaimana pendapatku?
Lanjutkanlah! 100% -bila Rabb mengizinkan- citamu akan terwujud, kawan.
Pada mata berbinar-binar itu saya meringis dalam hati,”tolong maafkan saya..”
Padahal kita hanya saling melempar senyum, kemudian diam.
Entah terlalu banyak yang ingin diceritakan atau kebingungan  
Barangkali ini kesalahpahaman super, dan kamu disana terkikik geli..
sebab baper yang menimpa hanyalah
bisikan setan
seolah nyata bagaimana isu beredar.
Boleh jadi sebenarnya letak kesalahan ada pada sebelas giga quota percaya diri saya seorang.
Tapi inilah hidup, kita harus memilih dan merelakan.
Ibarat memungut kaktus yang dua sama bagus, sama baik, sama tajam.
Yang belakangan tergenggam harus diletakkan kembali ke atas pasir, dibiarkan tumbuh dan terus berakar. Meski rasanya ingin diselundupkan saja entah di bagian mana buat dibawa pulang.
Kenyataannya tidak semua perasaan sanggup dituang jadi kata-kata, sama halnya bahasa kalbu -seperti katamu- tak  pernah perlu dikabarkan
Kita.
Khususnya kamu,
Tetaplah tunggu dan bertumbuh.
Tidak pernah ada kata selamat tinggal buat mereka yang memang tidak pernah bersama.
Semoga segala kebenaran, kebaikan, kebahagiaan selalu menyertaimu.
Bersemangatlah! Semangat! Semangat! J

Nah kan, ada yang bergemuruh dalam dada.

1 comment:

Berikan komentar kamu :)