pada kenyataannya King to Heart itu...


Are you a Korean-addict? tau lee seung gi? Tau dong film King to Heart-nya? Nah berawal dari kakak saya, Adzkia Salima, yang menyebut-nyebut judul itu dalam blognya sekian bulan lalu,  dia menulis betapa keren itu film tapi tersebab membuatnya lalai maka berhentilah dia pada episode kedua. SubhanAllah :)
Nah yang menarik, saya sebenarnya udah denger sekian orang di asrama membicarakannya-bertukar flashdisk buat menontonnya tapi saya memilih ga deket-deket film korea berseries lagi, takut kecanduan haha sampai kemudian baca tulisan si mba Adz terpikirlah ‘kakak saya ini orangnya kurang pandai basa-basi maka tiap pujian biasanya memang apa adanya’ jadi deh kesimpulan yang saya tarik malah: wah gue harus tonton nih film, seseru apa sih. Hehehe
Ternyata benarlah!
        Jadi King to Heart itu berkisah tentang seorang pangeran Republik Korea Selatan yang bandel, Lee Jae Ha, karena itulah dia dikirim kakaknya (Raja) buat jadi salah satu utusan Korsel yang ngejalanin camp pelatihan bareng para perwira Korea Utara. Kalo pelatihan militernya berjalan lancar, tim korea yang digabung bakalan berangkat ke WOC, semacam kompetisi internasional antar perwira. Kerajaan di korea ini emang aslinya udah ga ada. Kalo di fim Raja Lee Jae Kang berkata, ‘Menjadi keluarga kerajaan di abad 21 ini memang sulit, kita bukan seperti kerajaan inggris yang dicintai rakyatnya, juga bukan seperti kekaisaran Jepang yang dianggap cahaya, kita cuma simbolik yang hidup dari pajak. Apa yang telah kamu lakukan selama ini? Hanya bersenang-senang’ 
        Sebenernya ini tuh drama romantis yang dibubuhi action gitu, tapi buat saya malah kebalik: drama action yang dikasih bumbu cinta-cintaan. Saya malah kurang antusias liat sesi so sweet-so sweetannya, jadi rada skip skip gitu. Haha.  Dan nah, di pertengahan cerita itu banyak konflik.. Akhirnya si pangeran Lee Jae Ha yang seumur-umur ga pengen jadi raja, jadi raja karena kakanya (Raja Lee Jae Kang) yang antusias banget dengan perdamaian Korea Utara-Selatan dibunuh oleh club M(organisasi persenjataan internasional yang ngebackingin banyak politisi di seluruh dunia). Selain action-actionan, yang sungguh menarik adalah digambarkan begitu berbelit belit dan penuh rekayasanya media. Korea Selatan ini diceritain banyak bergantung sama Amerika, dan Amerika sering banget intervensi di sini. Contohnya  ketika si Raja Lee Jae Ha yang udah jatuh hati sama kamerad Korea Utara, Kim Hang Ah jelaslah ga mau perang lawan Korut. Eh PM Korsel tanpa persetujuannya malah ngumumin di publik buat perang, tentunya atas desakan Amerika, dan Amerika berbuat gitu pun atas perintah bos club M yang selama ini menyokong politisi politisi di sana (yah lagi lagi duit). Politik adu dombanya diliatin, ada satu episode yang menarik yaitu gimana pemerintah Amerika ngerencanain pengalihan isu dengan mengadakan pemboman-pemboman di Amerika sendiri dengan menuduh ekstrimis Korut.  Bahkan ketika pada ahirnya bukti-bukti udah terkumpul buat nuntut si pimpinan Club M atas kejahatan-kejahatannya, dia tetep ga bisa di penjara! Alesannya karena dia itu ibarat pemerintahan bayangan: orangnya banyak, kekuatannya mendunia . Dialah penguasa de facto- sang pengendali para penguasa. Greget.

Nah, udahan dulu cerita King to Heartnya. Kalo kita tarik ke kehidupan nyata saat ini sebenarnya ga beda jauh. Kita bisa simpulin ternyata iya banget kalo negara adidaya sedikit banyak turut campur sama kebijakan-kebijakan dalam negeri. Negara boleh merdeka secara fisik, tapi secara mental masih banyak bergantung.. Bahkan kalo agak sarkas kebijakan-kebijakan penguasa kita seringkali disetir asing.
       ‘Alah itu kan cuma film..’  iya itu adalah film yang menguak kebenaran! Coba aja liat betapa banyak kebijakan pemerintah yang jelas-jelas mencekik rakyat, nyusahin rakyat.
Masih perlu contoh?

         Lihat deh isu yang sekarang diam-diam dilupakan dan jadi wajar: BBM naik!
Dengan berbagai alasan digembar-gemborkan kebaikan dan ketepatan menarik subsidi BBM lewat media. Ya menyelamatkan APBNlah, menyejahterakan rakyatlah.

Aslinya? HOAX!
        
       Kasus sederhananya gini: kalau saya punya uang 8ribu rupiah, kemudian ada agenda di kampus dan di SMA (yg saling berlawanan arah, kebetulan tempat tinggal saya jd ‘terminal’ angkot).  Sebelum BBM naik dengan ongkos 2ribu sekali naik saya bisa ke kampus-pulang kemudian naik angkot ke SMA-pulang dengan selamat. Beres. Sekarang? Dengan uang segitu(8ribu) saya cuma bisa ke kampus-pulang, ongkos sisanya  2ribu udah ga bisa kemana-mana lagi, sebab ongkos angkutan umum udah naik jadi 3ribu. Ga berhenti di situ, seperti yang dapat diprediksi, BBM adalah produk vital sehingga ketika harganya naik maka naiklah  biaya transportasi  seluruh jenis barang. Ya buah potong naik, makanan-minuman, sayur-mayur, buku, naik semua! ck
         inikah yang dibilang menyejahterakan rakyat?padahal mayoritas masyarakat menolak loh. Semua orang paham bahwa hal itu bakal membikin rakyat tercekik! Yang miskin tambah miskin, yang tadinya cukup-paspasan  jadi miskin  karena ga mampu menghidupi keluarganya
        padahal mencegah APBN jebol bisa dengan pangkas biaya ‘studi banding’ DPR ke luar negeri --_____-- 
         Pun kalau alasannya adalah dengan harga minyak dunia jauh lebih mahal dari harga di Indonesia. The next question is.. siapa produsennya? Bukannya wajar kalau negeri produsen punya harga BBM murah semurah-murahnya murah atau bahkan gratis? Kalau mahal justru itulah anomali, ganjil. Kalau sama mahal bukannya itu namanya ngasih pasar buat asing? SDM kita yg kurang terampil & kurang banyak? Nyatanya manajer-manajer perusahaan tambang di luar negeri kebanyakan ya orang kita.

“Alaah ngerokok aja bisa sehari sebungkus harganya 9000-12000, masa BBM naik 500 aja sewot betul”   tanggapan saya. Mohon maaf, saya ga merokok dan ongkos angkot naik 1000. Itu udah berat betul buat saya yang notabene sekedar mahasiswa yang masih minta ke ortu, bayangkan buat mereka yang selama ini udah irit abis abisan demi menyambung hidup..sekarang mungkin jatuh terjerembab akibat ulah BBM. Lagipula, dimana keadilannya BBM dibandingkan dengan rokok? BBM dampaknya jelas merata ke setiap aspek kena ke tiap orang, karena itu tadi produk vital. Rokok? Saya sih setuju-setuju saja kalau harganya naik.
Memang banyak juga para mahasiswa yang –anehnya- justru lantang menyeru kenaikan harga ini.  Berlindung di balik titel ‘mahasiswa manut omongan dosen’ dengan menggebu-gebu dikeluarkan argumen,”Menurut dosen saya begini dan begitu”. Lebih sedap lagi kalau kebetulan dari Fakultas Ekonomi. Tanpa memikirkan masak-masak bahwa ide yang ia keluarkan dan pelajari bulat-bulat tak lepas  dari sistem yang alamiahnya pasti mengacak-acak kehidupan manusia cepat atau lambat: Kapitalisme.
      Analisis sederhana saya buat mereka adalah satu, barangkali mereka bukanlah dari kalangan pedagang, kurir, atau golongan mahasiswa yang terancam kesejahteraannya. Bukanlah juga mahasiswa yang berinteraksi secara langsung dengan masyarakat golongan bawah, golongan mayoritas di Indonesia. Kedua, barangkali belum mencermati korelasinya dengan kesepakatan bailout IMF tahun 1998, intinya di situ. Yap, Indonesia ibarat korea selatan di film King to Heart tadi, disetir Negara asing.
Ketiga, barangkali mereka belum paham benar bagaimana Islam mengatur  SDA.
« اَلْمُسْلِمُوْنَ شُرَكَاءُ فِي ثَلاَثٍ فِي الْكَلإَِ وَالْمَاءِ وَالنَّارِ»
Kaum Muslim berserikat dalam tiga hal, yaitu padang rumput, air dan api.

Migas dan energi termasuk menyangkut kepentingan orang banyak, mestinya diolah oleh negara dengan sebaik-baiknya bukan justru dilempar ke swasta-asing. Katanya,’ Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.’ (UUD 1945 Pasal 33) benarkah?

Daripada ini:
“Pemerintah menganggarkan Rp17 triliun dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014 untuk membiayai Pemilu 2014.

Mending uangnya buat ngurusin ini:
Poempida Hidayatulloh mengatakan, data terbaru dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang berada di bawah koordinasi Wakil Presiden telah menghitung peningkatan angka jumlah orang miskin di Indonesia pada tahun 2012 hingga 2013 yang mencapai angka 96 juta jiwa.” 
:(

Banyaklah benang merah yang bisa kita tarik dari film ‘King to Heart’ ini, belum lagi terkait isu ‘War on Terrorism’ yang sering menyudutkan Islam padahal si pencetus propaganda sendiri yang teroris, seringkali muter-muterin fakta, bikin ‘teror-teror’ palsu. Halah, bisa jadi satu buku sendiri kalo diterusin. Greget.

Oya, Saya dapet rekomendasi buku: Confessions of an Economic Hit Man-nya John Perkins. Monggo yang udah baca bisa share disini, yang belum tau sok dicari juga. Bukunya berisi pengakuan bandit ekonomi Amerika yang kerjaannya melakukan berbagai tipu tipu supaya negeri-negeri berkembang tergantung pada Amerika, yg ahirnya ya dengan legowo disetir segala kebijakannya.


And the last, but not least..
“Bila ada kesalahan yang diterapkan begitu sistematis,  luruskan, melawanlah meski sederhana.”

Tulisan ini saya mulai sekitar awal tahun 2013. Alhamdulillah ahirnya bisa selesai :)

sedikit cuplikan saya ambil dari sini:
(kabarnet.wordpress.com/2013/08/03/sejarah-lepasnya-timor-timur-yang-tak-pernah-terungkap/)

2 comments:

  1. panjang plus keren dek :)

    aih adzkia mulu nih yang diceritaim. kapan nama pei di sebut haha.. ngarep banget.
    ckckckkk.. koreaaa..

    ReplyDelete
  2. alhamdulillah emang ini kompilasi sih mungkin nanti bisa dipecah jadi dua tulisan aja :D
    loh haha mau banget disebut? :)

    ReplyDelete

Berikan komentar kamu :)