Benang Merah


“Pancadharma ksatria BKC: satu. Sanggup mempertinggi kejujuran.

 dua, sanggup mempertahankan kebenaran

tiga, sanggup mempertinggi prestasi.

empat, sanggup menguasai diri.

Lima.Sanggup menjaga nama baik perguruan..”

Kata kata itu senantiasa kami ucap sembari duduk layaknya orang jepang biasa minum teh , bedanya bukan bantal alas duduk kami melainkan  aspal jam dua siang. Fuh. Masih kuingat perihnya kulit kaki yang melepuh karena tak boleh kami berdiri diam saja menanti serangan lawan saat kumite,harus tetep moving. Kumite. Wah, rasa keren karena bisa duel semacam itu melebihi rasa sayang pada kulit. Haha.

Saya dan beberapa kawan sering turut serta pelatih-pelatih Kang Yayan dan Kang (lupa) latihan ke SMA Kosgoro dan YPHB, padahal saat itu saya kelas 1 SMP.  Saya inget Kang Randi-Kang Rega-Kang Budin yang jago kumite. kalo nonton mereka kumite atau anbu(gelut babarengan) wih seru! Apalagi mereka udah masuk golongan kadet jadi diperbolehkan mengenai wajah. 

Nampaknya saya memang terbiasa hidup dalam kontravensi, menurut sejarah BKC itu satu-satunya ekskul karate di SMPN4 entah gimana jadi ada pula perguruan INKAI yang digawangi guru olahraga yang tergolong baru saat itu, Bapak Ridwan, jadilah di SMPN4 terdapat dua perguruan karate. Pak Ridwan ini suka promosi yah namanya guru pastilah menarik banyak murid-muridnya. Saya sering mendengar kawan-kawan sekelas saya saat itu membanggakan diri bahwa INKAI itu internasional asli dari Jepang, kalau BKC?Lah namanya aja Bandung Karate Club. Ada lagi selentingan katanya BKC itu kasar,beraninya pake alat. Emang di BKC itu saya juga diajari pake toya(semacam kayu yang suka ada di film-film kungfu,tau kan?) dan double stick (walau ga sampe bisa sih baru belajar). Wuih dasar bocah satu smp yah yang sepele gitu aja dipermasalahin -,- 

Nah yang paling menonjol perbedaan antara BKC dan INKAI di smp4-saat saya kelas 7- itu, tentu jumlahnya. Kalo anak anak kelas yang ikut INKAI latihan bisa selapangan basket penuh dipake, kalo kami biasanya di parkiran aspal yang ga terlalu luas. Ada lagi soal kualitas-mencoba objektif, sepenglihatan saya di antara sesama kelas7 angkatan saya yang ikut kedua perguruan karate ini kualitas ‘tarung’ anak BKC sedikit lebih di atas anak INKAI. Eit ora nesu nesu! :D wajarlah, di BKC meski anak baru biasa disuruh tanding tanpa pandang sabuk, saya ingat pernah shock disuruh kumite lawan anak sma sabuk ijo sedang saya masih putih -____- tapi akhirnya menang! :D

Tapi itu duluuu… kelas2 saya mulai ogah-ogahan, latihan telat mulu. Sampe stop total.kelas3 ketika saya berniat rajin lagi ternyata disuruh serius belajar dan mengaji aja, artinya mestilah menerapkan apa yang telah saya pahami artinya lagi berhenti kakaratean, kata ibu. Yaah sekarang saya bahkan udah lupa kata1(kata paling dasar di karate) -__- padahal kata formal kaya ji on, empi tuh keren sodara-sodara!

Nah stop dulu cerita karatenya, seperti yang tadi saya katakan: barangkali hidup saya memang dirancang dalam kotravensi. Sekarang jadi maba di IPB pun kami lulusan SMA yang polos dihadapkan selentingan-selentingan BKIM (sebuah UKM kerohanian yang berdiri sejak tahun 1980an) itu sesat-keras. Yang populer di sini LDK Al-Hurriyah, nyaris semua pimpinan dan ketua badan apapun adalah orang yang berkaitan dengan LDK ini. panitia saat MPKMB pun rata-rata mempromosikan salam ISC atau apalah namanya waktu itu, anehnya begitu saya terdiam di depan stand BKIM panitia OH mendesak waktu sekian menit lagi lalu menyarankan mampir di stand yang besar di depan saja, stand ISC. Saya tanyakan,”apa bedanya kak?kan ini ukm ada di formulir.” “kalo Alhurriyah resmi dari surat rektor langsung.” Jadi BKIM itu ga resmi atau gimana?
  Dikatakan sesat begini-begitu alamiahnya tentu kami menghindar, bahkan kepada kawan yang saya kenal lama mba Adzkia Salima(yang tak lain pengurus BKIM saat itu) saya tidak ingin kepergok berjalan bersama-sama dengannya. Unreasonable fear. Tapi kemudian saya berpikir lagi, ga adil banget kita kalo langsung antipati sebelum mengenal lebih dekat ke mereka, belum tau apa-apa udah asal ngeri..asal bilang sesat tuh. Kalo sesat kenapa ada,bahkan berdiri dari jaman orang tua kita masih kuliah?konon yang bikin IPB terkenal dengan Institut Pesantren Bogor pun lembaga ini, munculnya orang-orang hebat seperti Felix Siauw, Jamil Anzaini dkk pun lewat didikannya. Setelah saya mengenal mba mba yang lain, main ke kontrakannya, numpang makan :p, belajar, justru yang saya temui para kaka yang luar biasa. mereka bersemangat-cerdas-kocak-baik hati tapi ga jaim sekaligus lembut dalam menyampaikan nasihat,”..dik sholiha….” #melting (Banyaklah kelebihan mereka tapi ga perlu disebutkan satu persatulah ya bisi ada yang baca jadi ga lurus lagi niatnya.) Bersyukur sekali bisa dipertemukan mereka! :D

                Nah pada akhirnya ada benang merah yang dapat ditarik dari dua cerita di atas: tabayunlah sebelum menilai sesuatu. Banyak bukan berarti benar, sedikit bukan berarti salah, paham kan maksudnya? Ini soal pilihan aja. Tentunya pilihan itu mesti didasari proses berpikir dulu, bukan sekedar enak-ga enak atau ikut ikutan-konformitas.

Kepada senior-senior di asrama: jangan khawatir, sungguh, saya tau kalian mengawasi saya sejak pertama masuk asrama. Menerka nerka atas sebab apakah saya tiada lepas dari gamis saat keluar,karenanya bertanya ini-itu secara tersirat. Mengapa kita tidak berdialog saja?ini yang saya herankan.  Harapan saya besar, kita ini sama-sama muslim, satu aqidah, satu kitab, satu nabi, tak perlu mengatakan,”ini ikhwah,ini bukan” tak perlu mengotak-ngotakkan, sama sama saja tersenyum dengan tulus, tiada perlu ada intrik dan kontravensi, mari merapat agar tiada kesalahpahaman di antara kita. saya sudah baligh, salah-benar dosa-pahalanya kembali ke saya, jangan khawatir. Maka dengan ini saya sampaikan saya masuk BKIM. resmi.

0 komentar:

Berikan komentar kamu :)