Tujuh Oktober Dua Ribu Sebelas

October 7, 2011 at 11:37pm
Hari ini bulan oktober ternyata,
baru aku sadar 'telah beberapa lama duduk menyodorkan tetanyaan ini-itu. Mengangguk angguk kepala-ketawa-melipat dahi-sedikit memainkan nada agar kedengaran pas dengan suasana-lalu tersenyum, eh? apa tidak salah?

Jadi, aku terkejut sebenarnya. betapa lain suasananya. dulu dan kini.

Kurekati mataku dengan hitungan mundur bulan bulan-angka angka yang lalu. Degup jantungku melompat lompat kacau. Blaaast!

dan di sinilah. aku.
dihadapkan pada mata mata. Itu pandangan merendahkan, yang di sana penasaran, yang itu acuh, nah yang ujung itu namanya pandangan menantang.
hatiku kalang kabut, aku tahu betul satu setengah tahun bukan waktu yang lama buat remaja tanggung jadi remaja sedikit dewasa. aku hawatir kalau kalau aku marah.kelabilan membuat segala macam yang bersangkut paut dengan emosi(termasuk tertawa) berimplikasi keluar air menetes netes dari mataku.
aku belum mahir berkuasa atasnya.
aku tersudut, bingung, benci karena tak sempat lari atau duduk saja sambil tersenyum. aku benci bahkan hanya dengan melihat dan memperhatikan dua dari mereka duduk santai-bicara tinggi seolah aku ini tontonan kelas murah. aku benci hingga sanggup mengaduk aduk hatiku untuk mencari barangkali ada senapan untuk menembak kepalanya yang luar biasa keras?aku benci sampai rasanya ingin menangis,"darimana aku belajar membenci sedalam ini?"

dan aku memang menangis. karena hanya itu yang bisa kulakukan. payah.

helaan napas yang membawaku sadar hari ini bulan oktober ternyata. dan suasananya berbeda, sangat berbeda.

karena tiap mereka yang kini adalah kami bersumpah,"dengan nama Tuhan Yang Maha Kuasa aku tak sudi jadi orang yang ditakuti lantas dihormati. aku ingin disegani hanya jika memang aku layak mendapatkannya."

cek jaman labil lainnya>> http://naurafauzhara.blogspot.com/2011/02/baca-sajaa.html

3 comments:

  1. Allah yang akan menilai, bukan mereka. Seberapa besar keikhlasan kita, sungguh hanya Allah lah yang mengetahui.

    ReplyDelete
  2. hmm kurang tepat sasaran sih. tapi tiada yang salah dengan perkataan teh pei :)
    in syaa Allah.

    ReplyDelete
  3. :) ya kurang ? hehe.. kapan nih nulis lagi, pei tunggu

    ReplyDelete

Berikan komentar kamu :)